Tuesday, April 2, 2013

Kisah Kehidupan: Keluarga Muda di Bus Ekonomi #1

Libur panjang akhir pekan kemarin saya manfaatkan untuk mudik ke rumah mertua di kota Kediri. Kesempatan langka yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sayangnya, agenda yang padat memaksa saya untuk terpisah dengan anak-istri yang berangkat duluan. Akhirnya, bus ekonomi menjadi pilihan saya di keesokan pagi harinya.

Terminal dan penumpang bus ekonomi selalu memberikan kesan tersendiri bagi saya. Tak terkecuali saat itu. Penumpang yang umumnya dari kalangan menengah ke bawah senantiasa membawa cerita yang tiada habisnya. Mulai dari masalah politik, ekonomi, pekerjaan, keluarga, romantisme, dst. Dan tentunya yang tak kalah spesial adalah tarif parkir motor yang mencapai 20 ribu untuk hari Jumat hingga Sabtu (dua hari)! [sepertinya perlu perda khusus untuk hal ini]


Setelah hampir satu jam menunggu, dapat juga bus beserta kursinya. Penuh penumpang dalam hitungan menit. Dan bus pun perlahan berjalan meninggalkan terminal. Meski demikian, default-nya bus ekonomi, masih saja sang kernet berteriak-teriak mencari calon penumpang baru. Sedangkan sang kondektur mulai menarik tarif dari kursi ke kursi. Semuanya berjalan normal sampai akhirnya di daerah Sepanjang naiklah sepasang suami istri lengkap dengan seorang balita di gendongan depan sang ibu.

Tempat duduk sudah penuh. Setiap penumpang yang baru naik pasti berdiri di sepanjang lorong antar kursi. Keluarga muda itu pun tak punya pilihan lain. Naik, berdiri dan segera sampai tujuan, dari pada menunggu bus berikutnya yang sulit juga dipastikan masihkah ada kursi kosongnya.

Sang bapak mungkin baru berusia 30 tahunan. Posturnya kecil dengan rambut lurus belah tengah ala film mandarin. Pakaiannya sedikit lusuh, dengan celana jeans selutut yang mulai robek di ujungnya. Cambang dan kumis yang kurang begitu terawat (tercukur rapi atau sekalian dipanjangkan) seolah-olah semakin menegaskan kalau keluarganya berasal dari kalangan menengah ke bawah. Sang ibu sedikit lebih modis. Lengan baju kaosnya tinggi mendekati pundak. Make up tipis dan goresan lipstik cukup terlihat. Celana jeans 3/4 jadi pilihannya pagi itu. Satu yang membuat saya berempati, sang balita ia gendongnya di depan. Kurang lebih 10 kg beratnya. Sambil berdiri!

[bersambung]

No comments:

Post a Comment