Monday, March 4, 2013

Kisah Inspirasi: Sebiji Mangga Golek

Malam itu kebetulan ada waktu bagi saya untuk mengajak istri keluar. Ngisis di saat rasa sumuk memenuhi isi rumah saat gelap tiba. Karena stok buah-buahan sudah habis di meja makan, maka kami putuskan membeli mangga. Bukan shopping ke mall yang full AC, tapi cukup ke warung penjual buah dekat rumah.

Setibanya di warung saya langsung mengambil tas kresek plastik dan segera memilih satu demi satu mangga yang masak dan bagus bentuknya. Sampai akhirnya terkumpul 6 buah mangga dengan total berat 2 kilogram. “Sudah cukup”, batin saya. Langsung saya bayarkan uang 12 ribu rupiah ke pemilik warung dengan sangat ringan dan tanpa berpikir panjang untuk menawar. “Toh cuma 12 ribu. Murah. Uang transport sehari di kantor saja masih kembali (susuk)”.

Dan akhirnya sampailah ke fragmen beberapa menit sebelum kami kembali pulang ke rumah yang membuat hati tertegun. Sesaat setelah saya bayar mangga yang saya beli, datanglah seorang bapak separuh baya bersama seorang gadis kecil. Usianya mungkin menjelang SMP. Sang anak dibonceng di stang depan sepeda pancal bututnya. Rupanya sang anak meminta dibelikan mangga kepada sang Bapak, yang mungkin telah seharian mencari nafkah di luar.

Dengan cekatan diambillah sebuah mangga golek yang sudah masak dengan warna kuning jingga oleh sang anak. Satu buah saja, dan hanya satu buah saja mangga yang diambil. Sang anak langsung membayar mangganya dengan 3 lembar uang seribuan. Sangat, sangat ceria dan senang raut mukanya dengan sebiji buah mangga yang digenggamnya. Pun demikian dengan sang Bapak. Detik berikutnya, mereka sudah mengayuh sepedanya meninggalkan kami yang terbengong-bengong.

Sahabat, hari gini kami masih menyaksikan orang beli mangga hanya satu biji, bukan satu kilo! Dalam perjalanan pulang ke rumah, saya kepikiran dan belajar banyak tentang syukur nikmat dari sebuah fragmen kehidupan yang Ditunjukkan Allah SWT melalui kisah bapak dan anaknya tadi. Sesuatu yang saya rasa sudah hemat, ngirit ternyata ada yang lebih hebat lagi. Semoga kita bisa semakin memaknai hidup dan belajar empati dari orang-orang sekitar yang hari ini belum lebih baik kondisi sosial ekonominya daripada kita…

Sumber: http://bluejundi.wordpress.com

No comments:

Post a Comment